loading...

Translate

Thank Benefactors

Home » , , » Petualangan Seks Para Petualang

Petualangan Seks Para Petualang

Apa kata ahli seputar isu petualangan seks di tengah-tengah perjalanan liburan panjang?


Aktivitas seks sebagai salah satu ekspresi alamiah manusia dewasa normal, memang perlu dikelola dengan baik oleh tiap individu. Ada yang memilih untuk menyalurkan dan mengekspresikannya melalui hal-hal non seksual. Artinya, mereka secara sadar memilih untuk menjadi makhluk aseksual dengan segala konsekuensi yang ada. Tentu saja ini tidak berarti mereka kehilangan libido. Terutama bila istilah libido diartikan sebagai passion of life secara holistik.

Namun, bagi sebagian orang yang tetap memilih menjadi mahluk seksual aktif, sementara kondisi mereka tidak memungkinkan untuk memenuhinya secara konservatif dengan pasangan resmi, maka wajar bila mereka mencari pelepas dahaganya. Hal ini menjadi alamiah, atau lumrah bila dilakukan.

Traveling, bila dipandang sebagai suatu episode dalam kehidupan manusia, tidak hanya berarti menambah pengalaman dan pemaparan dengan banyak individu baru. Tidak juga hanya berarti berbagi kenikmatan bertualang antar satu pribadi dengan lainnya. Tetapi juga secara simultan menjauhkan si petualang dari pasangan, dan atau teman komunitasnya. Sehingga mungkin dapat dipahami dengan lebih mudah, jika banyak petualang yang kemudian menargetkan petualangannya dalam mencari ‘kembang lokal’, karena ingin menikmati sensasinya. Bukan tidak mungkin nantinya akan muncul ‘cita-cita’ ingin meniduri setiap pria atau perempuan lokal di tiap negara yang dikunjungi.

Mereka butuh one night stand, teman seperjalanan, bahkan sampai teman selama bertualang untuk dapat berbagi insting sebagai makhluk sosial yang aktif secara seksual. Bila melihat dari sudut pandang ini, fenomena beach boy, hippie trail, hardcore traveler yang memindahkan ‘kegilaan’ mereka ke Afrika, mungkin jadi lebih masuk akal untuk dipahami. Meski belum ada penelitian yang menegaskan secara ilmiah, namun fenomena ini berlaku lintas kultur. Banyak yang lebih mengikuti insting sosialnya ketimbang norma tempat asalnya saat jauh dari rumah. Apalagi jika di lokasi tempat dia berada saat ini berlaku sebuah norma yang lebih moderat.

Beberapa pertanda yang harus diperhatikan adalah:

1. Relationship which start with a bang, usually ends up with casualty.

2. Saat traveling, tidak ada tanggung jawab di kantor. Tidak ada kegiatan mengurus anak di rumah, tidak perlu menjalankan rutinitas, tidak ada suasana hati yang suram, boring, dan high octane yang membuat diri menjadi berbeda. Situasi seperti ini seringkali menyebabkan terjadinya ‘pembakaran spontan’.

3. Semua akan terasa lebih ringan, ceria, cerah, dan easy going selama traveling. Namun, semua itu akan berubah seiring dengan berakhirnya petualangan. Semua akan meredup dan menjadi kelabu.

4. Saat ini kesadaran akan safe sex sudah semakin kuat dan populer. Namun jangan pernah lupa urutan hierarki seperti ABC: Abstinent, Be faithful, and Condom using.


0 Comment:

Post a Comment

Share on Social Media