Suka-tidak suka film negeri kita sendiri punya panorama yang indah
Maret adalah Bulan Film Nasional, jadi ini saatnya kita bicara tentang film-film negeri kita sendiri. Misalnya saja, panorama dalam film-film negeri kita yang memang sudah tak bisa dipungkiri keindahannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya film-film yang lokasi pengambilan gambarnya menyorot panorama alam bumi pertiwi. Apa saja film-film yang memuat latar belakang keindahan panorama tanah air? Mulai dari liuk elok budaya Jawa, pesona pasir hitam Bromo, sampai sensasi bahari Wakatobi hadir di sederet judul ini!
Pasir Berbisik (Whispering Sands)
Lokasi: Bromo
Guratan panorama Bromo hingga Wakatobi bermunculan di film-film negeri
Film ini mengulas keluarga yang terdiri dari ayah (Agus), ibu (Berlian), dan seorang anak perempuan (Daya) yang tinggal di perkampungan miskin pesisir. Berlian membesarkan Daya sendirian. Berlian pun jadi ibu yang sangat protektif, apalagi Daya tumbuh jadi gadis belia. Daya berkembang jadi pribadi yang terkungkung dari kehidupan sosial, dan kerap membayangkan kehadiran figur ayah. Ia kerap menelungkupkan diri ke tanah. Menunggu bisikan dari gulungan pasir pegunungan Bromo yang menghampiri. Ia pun meyakini kalau pasir tersebut sedang berbisik kepadanya. Keindahan Bromo benar-benar tersaji dengan baik di tiap frame film ini!
Sutradara Nan Triveni Achnas Produksi Salto Film Company - 2001
Opera Jawa (Requiem From Java)
Lokasi: Yogyakarta
Opera Jawa yang kaya berbagai desain seni
Satu hal yang jadi nilai lebih film ini adalah perpaduan antara berbagai seni. Seperti seni tari, seni pertunjukan, seni musik, seni instalasi, seni rupa, dan seni sinematografi, semua tersaji di sini. Nuansa jawa pun kental di semua sisi. Falsafah Jawa sangat terasa lewat tempo film yang lambat. Seni instalasi pun jadi latar abstrak yang sangat mengesankan. Lihat saja labirin kelapa, patung dan lilin merah, ratusan lilin dalam ruangan, televisi batu, bentangan kain merah, serta tenda kain pada akhir adegan. Opera Jawa benar-benar penuh dengan simbol-simbol visual yang kuat, namun tak sulit untuk dicerna.
Sutradara Garin Nugroho Produksi SET Karya Film - 2006
Ruang
Lokasi: Pantai Krakal - Yogyakarta, Rogo Jampi - Malang, Kawah Ijen dan Bromo
Pantai Krakal yang menawan di Jogja jadi set film 'Ruang'
Ini adalah film kedua dari Teddy Soeriaatmadja, dan menariknya, film ini memiliki setting yang dibuat ala tahun 50-an. Sepanjang film, nuansa seperti itulah yang ditonjolkan. Berbekal sebuah kotak, penonton dibawa kembali ke masa lalu. Ruang diawali dengan kembalinya sang diplomat (Rais) ke Indonesia setelah mendengar kabar ibunya sakit keras. Sayangnya sang ibunda keburu wafat. Hanya (Rima) sang adik, yang berhasil menemui sang bunda. Sebuah kotak hadir, dan harus dibuka Rima bersama Rais. Ternyata kotak tersebut berisikan kerang, foto-foto, dan berlembar kertas, serta sepucuk surat. Kotak tersebut yang akan membeberkan semua rahasia keluarga yang dipendam sekian lama sang bunda.
Sutradara Teddy Soeriaatmadja Produksi Parama Entertaiment - 2006
3 Hari Untuk Selamanya
Lokasi: Jalur Pantai Utara Jawa
Jalur Pantura diabadikan '3 Hari Untuk Selamanya'
Mengisahkan tentang perjalanan dua anak muda dari Jakarta ke Yogyakarta. Perjalanan yang seharusnya hanya butuh satu hari, ternyata jadi perjalanan tiga hari yang tak terlupakan! Lokasi di sepanjang jalur pantura (Pantai Utara, Pulau Jawa), jadi bintang film ini. Tema post-adolescent yang dikemas dalam bentuk road movie ini berkisah tentang kegelisahan menatap masa depan, dan keterasingan para tokohnya menghadapi lingkungan tradisi keluarga dan kebebasan semu di negeri ini. Selain pemandangan indah di sepanjang perjalanan mereka, film ini juga mengangkat isu keseharian kehidupan anak muda dengan gamblang dan apa adanya.
Sutradara Riri Riza Produksi Miles Film - 2007
The Mirror Never Lies
Lokasi: Wakatobi
Keindahan Wakatobi membujur via 'The Mirror Never Lies'
Film yang dinaungi World Wild Fund for Nature (WWF) ini mengangkat tema tentang salah satu area wisata negeri ini, Wakatobi. Alhasil film ini membuka mata publik yang tak tahu keindahan Wakatobi. Yang ada, The Mirror lebih cocok tampil jadi film dokumenter dengan bumbu cerita menyentuh. Selain pemandangan, audiens bisa melihat Suku Bajo yang tinggal di sana dan melihat kembali ritual mereka ‘menunggu’ kepulangan orang yang dicintai setelah berlayar di laut. Simak juga tanggapan mereka tentang hal-hal berbau mistis, bagaimana mereka menerima kedatangan orang baru, dan lain sebagainya. Film ini sukses menonjolkan sisi cantik Indonesia Tengah, sekaligus mempromosikan Indonesia ke mata dunia!
Sutradara Kamila Andini Produksi SET Karya Film - 2011
0 Comment:
Post a Comment